Si Perasa dan Si Logika
Menghindar untuk menyelamatkan hati adalah sebuah bentuk perlindungan diri,
Tanpa harus menunggu untuk jatuh lebih dalam dan terlampau jauh,
Agar kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi,
tak terlalu menyakiti hati.
Saat hati masih memiliki rasa yang kuat terhadap orang yang sama bertahun-tahun lamanya,
di waktu yang sama aku berulang kali menarik mundur diriku sendiri,
juga kembali menjaga jarak serta berhati-hati dalam menentukan arah,
Agar tidak lagi salah langkah,
dan pengalaman yang kurang baik dari masa lalu tak lagi terulang.
Hingga saat ini mungkin ia juga masih tidak tahu dan mengerti, atau mungkin tidak peduli.
Dan aku tidak lagi gegabah untuk mendapatkan penolakan yang kedua kali,
Rasanya kali ini lebih baik menyambut dia yang sudah pasti,
Dari pada harus menunggu ia yang masih belum tahu kemana arah hatinya tertuju.
Dalam satu hari aku memikirkan hal ini ribuan kali,
Bisakah tetap menjadi teman disaat hati diam-diam mengharapkan?
Siapkah hati untuk dikecewakan saat cerita ini tak lagi bertemu pada akhir yang membahagiakan?
Atau mampukah aku untuk kembali membangun sebuah ruang baru saat runtuh itu terjadi lagi?
Kali ini aku mengajak otak ku untuk mendiskusikan hal ini,
Agar tidak hanya hati yang sendirian mendominasi,
Karena ku pikir, kali ini ku butuhkan logika ku untuk menyelamatku dari patah hati kesekian kali,
Lalu logika ku berkata: “dari pada mengobati lagi, lebih baik mengantisipasi hal yang tak diinginkan untuk terjadi. Kamu sudah terlalu lelah, jadi jangan lagi-lagi ditambah dan gegabah."
Tapi si perasa ini ternyata masih juga belum menyerah,
ribuan peringatan dalam pikirnya tak membuatnya jera dan kalah,
ia ternyata masih membiarkan hati yang mendominasi untuk menentukan arah,
dan kini hati pun memaksa untuk ikut beropini: "logikamu memang tidak sepenuhnya salah, berhati-hati dalam melangkah adalah sebuah keharusan yang kamu terapkan. Tapi kamu juga harus tahu bahwa sampai kapanpun cinta ngga bisa dicari pembenarannya dalam pikiran, melainkan dari hati, karena hanya hati yang dapat merasakan." (sautnya)
Comments
Post a Comment