Senin diantar Bapak

 

Manusia itu bukan tetesan ditengah samudra

tapi samudra dalam bentuk tetesan. luas banget.

- Habib Jaffar





Pagi ini seperti biasa aku berangkat bersama bapak.

tak banyak yang dibicarakan,

karena memang akhir-akhir ini aku dan bapak jarang berbicara.

empat puluh menit perjalanan ditempuh dengan keheningan,

hanya saja beberapa kali aku yang memulai obrolan dengan menanyakan kemacetan jalanan.

bapak menjawab seperlunya, sesekali bapak membandingkan kemacetan di kota cilegon dan tempat rantauan ku ciputat.


"tentu jauh berbeda.." ucap bapak

melihat jalanan yang aku tempuh bersama bapak lancar tanpa hambatan, 

ternyata memang ciputat sudah tidak perlu lagi dibandingkan, 

baik keluar jam tujuh atau jam sembilan kemacetannya tetap konsisten padat merayap.


sesampainya di stasiun, bapak menahanku dengan memberikan sedikit nasihat,

ku pikir kali ini nasihat bapak berbeda, 

ternyata tetap sama seperti terakhir kali bapak mengantarku.

pesan yang bapak berikan masih sama jadi aku hanya bisa menghela napas dalam-dalam sambil mengiyakan ucapan bapak.


Sejujurnya sungguh aku masih tidak mengerti mengapa bapak begitu ingin aku segera menikah,

padahal bapak tahu kalau aku masih sangat ingin melanjutkan sekolah dan meniti karir,

ucapan bapak pagi ini benar-benar aku pikirkan berulang kali,

tapi bukannya ku pikirkan dengan benar,

aku malah berpikir bagaimana caranya lari dan membuat alasan baru.


meskipun aku sedikit sedih dengan ucapan bapak yang berulang kali bilang bahwa mengkhawatirkan tentang siapa yang akan menjagaku kelak,

tapi aku sebenarnya tahu betul bahwa aku sejauh ini mampu menjaga diri ku sendiri,

mungkin kah ada kekhawatiran lain yang bapak pikirkan,

itu yang masih ingin aku cari tahu.


bapak hanya berpesan untuk aku segera menemukan pendaping hidup,

"... kalau sudah ada yang cocok, jangan lama-lama ya teh. papa tidak melarang kamu untuk melanjutkan sekolah, kamu bisa tetap melanjutkan sekolah bahkan sampai tingkat tertinggi sekalipun, tapi setelah menikah.."

"...cari yang paham agama dan mengamalkannya, serta cari yang bisa diajak berdiskusi, tapi jangan yang radikal.." 

".. kalau teteh masih belum bisa cari sendiri, biar bapak yang carikan jodohnya.."(ucap bapak tegas)


dalam hati aku menjawab, bagaimana caranya menemukan pasangan dan meyakinkan diri untuk menikah dalam waktu yang singkat?

hari-hariku saja isinya kiky dan tasya (teman kamarku)

kegiatanku selain mengerjalan skripsweet, rebahan, dan makan, hanya mengobrol dengan ketiga temanku itu,

memang saat ini tidak ada waktu untuk aku bisa berinteraksi dengan lawan jenis apalagi merencanakan untuk hidup bersama,

sungguh masih belum sedikitpun terbayangkan.


memikirkan ucapan bapak, 

aku sebenarnya sedikit takut,

bagaimana tidak? coba bayangkan jika dalam waktu dekat aku tak kunjung menemukan teman hidup,

bisa-bisa aku dijodohkan dengan seseorang yang bahkan aku tidak kenal sama sekali.

sungguh membayangkannya saja membuatku merinding.


tapi ucapan bapak sebenarnya tidak salah,

keinginanku untuk fokus pada diriku sendiri juga tidak salah,

hanya saja mungkin komunikasi kita berdua yang kurang tepat,

sejujurnya jika ditanya aku menunda untuk menikah atau tidak, tentu jawabannya tidak.

karena ini bukan tentang menunda tapi lebih kepada memang aku yang belum menemukan orangnya.


Pernikahan buatku merupakan keputusan yang sangat besar,

dibutuhkan ilmu dan keberanian yang kuat untuk itu,

perlu dipikirkan dan dipertimbangkan sebaik mungkin,

karena menikah bukan hanya tentang dua orang yang menjadi satu,

tapi tentang ibadah panjang seumur hidup,

kompromi seumur hidup, dan bekerja sama seumur hidup.


aku tahu, mungkin maksud bapak baik,

hanya saja buatku timing nya ini terasa diburu-buru,

tidak ada jawaban terbaik selain mengaamiinkan ucapan bapak,

kita tidak pernah tahu masa depan akan seperi apa bukan?

tugasku hanya menjalankan dengan baik hari ini tanpa perlu lagi mengkhwatirkan masa depan,

karena sebenarnya mengkhawtairkan sesuatu yang belum terjadi hanya membuang-buang emosi.


masa depan itu seharusnya tidak perlu dikhawatirkan, cukup diusahakan yang terbaik dan didoakan! (ucap batinku)



Comments

Popular posts from this blog

III

II