Cerita yang Membingungkan

Kemarin sore aku memberanikan diri untuk keluar rumah

bukan tanpa alasan, karena selalu ada sebab kuat dibaliknya,

kenyataan tentang persediaan makanan yang mulai habis,

dan beberapa hal harus dibeli lagi.


ah sungguh merepotkan bukan,

jika ada post pengantar barang yang bisa cepat sampai,

mungkin aku akan menggunakan jasanya,

tapi sayang tempatku ini terlalu jauh untuk dapat di jangkau.


sudah aku bilang, jika tidak mau keluar rumah ya jangan dipaksa,

berhentilah bertanya mengapa,

karena harus kamu ketahui bahwa beberapa hal tidak harus ada jawabannya,

dan aku terlalu malas untuk menjelaskannya.


aku dapat menyampaikan apa yang ingin aku sampaikan,

jika saat pertanyaan itu terus kamu lontarkan,

dan sampai akhir percakapan ini aku hanya terdiam,

itu artinya sungguh mendengarkan saja aku tidak mau, apalagi ditodong sebuah jawaban.


meskipun pada saat kuperhatikan perangainya tidak begitu buruk,

dan sepertinya dia manusia yang beretika dan teguh,

ah sekali lagi tetap saja rasanya aku masih mau disini sendiri,

ajakannya menarik, hanya saja percakapannya tidak dapat ku mengerti sama sekali.


bayangkan saja aku yang banyak diam ini, 

bertemu dengan manusia pendiam juga

yang sekalinya bicara sungguh sangat tidak menarik perhatian,

pikirku awalnya mungkin dia kaku,

tapi semakin hari manusia ini ternyata cukup mengganggu ketenanganku.


bagai terjebak dalam rumah masa lalu,

bahkan sempat hampir kembali pada rumah lama yang ternyata sudah berpenghuni,

dan tau kah kamu tentang rumah ini?

ada sesuatu yang ingin aku bagi, hanya saja ini rahasia.


kamu hanya bisa tahu jika kamu membaca ini sampai akhir,

ku harap kamu tak membocorkannya kepada siapapun,

apalagi kepada beberapa manusia yang sepertinya paham maksud ucapanku ini,

sungguh aku ingin berbagi cerita ini karena aku tahu bahkan sampai akhir pun kalian tidak akan tahu.


aku tahu kalian bingung, 

ya sudahlah beberapa hal memang hanya bisa di baca tanpa perlu di mengerti,

seperti sebuah sajak puisi karya Sapardi Djoko Damono,

yang ketika di baca, seringkali tetap tak menangkap makna dibaliknya.


Oke kembali kepada pembicaraan tadi,

rahasia yang ingin ku bagi itu tentang kenyataan,

bahwa rumah itu telah berpenghuni oleh sosok yang cukup menyeramkan,

sungguh aku tidak bercanda, bahkan aku sempat kaget dibuatnya.


sebenarnya sampai akhir pun aku sungguh tidak takut dengan sosoknya,

meskipun cukup menyeramkan, hanya saja dia seperti manusia yang haus akan sebuah jawaban,

dan butuh penjelasan dengan todongan ribuan pertanyaan yang cukup menyebalkan,

dan jika diingat kembali, semua hal yang dia tanyakan sangat menyesakkan.


sudah jadi yang dikorbankan,

harus juga menyelesaikan pertikaian yang harusnya aku tidak ikutan,

hanya menjadi alat bantu dan batu loncatan,

dibuang pula peranku sebagai teman.


ah lagi-lagi jujur saja cerita ini yang paling menyedihkan sekaligus menyebalkan,

tapi sampai akhirpun aku tidak menyimpan penyesalan,

hanya terkadang ketika mengingat cerita itu aku menangis bombay sendirian,

itulah alasan mengapa aku lebih tenang dan nyaman diruanganku sendiri.


tidak perlu mengerti banyak hati,

tidak perlu banyak menyalahkan diri sendiri,

tidak perlu takut terjebak riuhnya keramaian,

dan aku tidak perlu takut lagi untuk ditinggalkan.


begitulah cerita yang bahkan sampai akhir aku tidak sadar bahwa semuanya telah usai,

ya intinya sepertinya kini aku memilih lebih baik merasa sepi dalam kesendirian,

dari pada terus merasa kecewa dan berada dalam perasaan takut ketika berada didalam sebuah hubungan,

apalagi perasaan dibuang dan ditinggalkan yang terus membayang dalam ingatan,


mungkin karena luka ku yang tak kunjung pulih sampai hari ini,

tidak tahu esok bagaimana,

mungkin tetap sama, atau juga berbeda.

"entahlah, jalani saja." (batinku)




Comments

Popular posts from this blog

III

II